Pengendalian Gulma Tanaman Kubis
1. Jenis Gulma
Kubis
(Brassica oleracea) merupakan sayuran penting di dataran tinggi, namun hasil
panen kubis tidak selalu maksimal. Salah satu penyebab utama rendahnya produksi
kubis adalah karena kehadiran organisme tumbuhan pengganggu (OPT) yaitu hama dan
penyakit tanaman serta gulma.
Gulma adalah tumbuhan pengganggu tanaman budidaya. Kenyataan seperti itu membuat petani peka terhadap kehadiran gulma. Kehadiran gulma dan serangga pada tanaman kubis dapat mengganggu pertumbuhan dan mengurangi hasil panen kubis.Selain sifatnya yang sangat kompetitif, gulma juga merupakan tumbuhan inang/tumbuhan perantara dari hidupnya serangga. Serangga yang berasosiasi dengan tanaman kubis dapat sebagai predator, parasitoid dan hama kubis.
Gulma adalah tumbuhan pengganggu tanaman budidaya. Kenyataan seperti itu membuat petani peka terhadap kehadiran gulma. Kehadiran gulma dan serangga pada tanaman kubis dapat mengganggu pertumbuhan dan mengurangi hasil panen kubis.Selain sifatnya yang sangat kompetitif, gulma juga merupakan tumbuhan inang/tumbuhan perantara dari hidupnya serangga. Serangga yang berasosiasi dengan tanaman kubis dapat sebagai predator, parasitoid dan hama kubis.
Gulma
merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya pada lahan budidaya
pertanian dan dapat bersaing atau berkompetisi hingga menurunkan hasil tanaman
budidaya tersebut. Keberadaan gulma pada pertanaman kubis-kubisan merupakan
faktor penghambat produksi. Gulma dapat menurunkan hasil panen dengan
berkompetisi untuk mendapatkan air, unsur hara, dan sinar matahari. Hal ini menjadi
hal yang penting ketika suatu tanaman tumbuh dalam kerapatan tanam yang renggang
dikarenakan tidak memiliki ukuran daun yang luas guna menaungi gulma.
Jenis
gulma yang biasanya terdapat pada pertanaman kubis antara lain Ageratum
conyzoides L. (babadotan), Galinsoga parviflora Cav. (jukut saminggu), Polygonum
nepalense Meissn. (jukut haseum) dari golongan gulma daun lebar, sedangkan
Eleusine indica (L.) (jukut jampang), dan Setaria palmifolia (babawangan) dari
golongan gulma rumput-rumputan dan Cyperus rotundus L. (rumput teki) dari
golongan teki-tekian (Everaarts, 1998).
Tabel
1 Penggolongan Gulma
daun
lebar
|
Gulma
golongan rumput
|
Gulma
golongan teki
|
Galinsoga
parviflora Cav
Drymaria
cordata L
Polygonum
nepalense
Commelina
diffusa
Amarantus
lividus
Alternanthera
philoxeroides
Ageratum
conyzoides
Richardia
brassiliensis
Portulaca
oleraceae
Marsilea
crenata
Oxalis
intermedia
Ciplukan
Mimosa
Sp
|
Eleusine
indica L.
Cinodon
dactylon L.
Panicum
repens L.
Digitaria
adscendens
Axonopus
compressus
Paspalum
conyugatum
Setaria
glauca
|
Cyperus
rotundus
Cyperus
halpan
Cyperus
kyllinga
|
Sumber : Yuliadhi et.al.,2013
2.
Teknik Pengendalian Gulma
2.1.
Pengendalian secara Mekanis
2.1.1 Penyiangan (Weeding)
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput
atau dengan menggunakan herbisida - Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain
yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti
rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok - Penyiangan
dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila
terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman - Penyiangan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak sistem
perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tdak dilakukan.
2.1.2 Kimiawi
Pada tanah yang gulmanya banyak dapat dilakukan
dengan pemberian herbisida sebelum tanam. Herbisida yang digunakan yaitu
berbahan aktif glifosat, parakuat diklorida, oksifluorfen,dll. Penelitian dari
Syatrawati, dan Sri Nuraminah Ngatimin mengatakan bahwa menanam gulma berbunga
di pinggiran tanaman kubis, seperti Nasturtium indicum (Brassicaceae),Galinsoga
parviflora (Asteraceae), Cleome rutidospema(Capparidaceae) dan Lindernia crustaceae
(Scrophulariaceae) akan mengurangi peledakan populasi hama.
3. Periode
Kritis Tanaman Terhadap Kehadiran Gulma
Periode
kritis tanaman merupakan periode dimana tanaman peka terhadap kehadiran
organisme pengganggu tanaman salah satunya adalah gulma , sedangkan di luar
periode tersebut gulma relatif tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil
akhir tanaman budidaya (Moenandir, 1993). Pada saat periode kritis tersebut tanaman
berada pada kondisi sangat peka terhadap lingkungan, terutama pada kompetisi
dalam penggunaan unsur hara, cahaya, matahari, dan ruang tumbuh. Kompetisi
terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat
kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat nanti mencapai klimaks kemudian
akan menurun secara bertahap (Soejono, 2009).
Penentuan
periode kritis tanaman berdasarkan percobaan setangkup antara periode
penyiangan dan kompetisi gulma (Nietto et al., 1968). Zimdahl (2007) menggunakan
cara tersebut untuk menentukan saat gulma dan tanaman budidaya berkompetisi
secara aktif. Periode penyiangan gulma dan tanaman budidaya ditumbuhkan secara
bersama-sama untuk jangka waktu tertentu sampai gulmanya disiangi, selanjutnya
tanaman budidaya ditumbuhkan bebas gulma sampai panen. Pada periode kompetisi
gulma tanaman dibiarkan bebas gulma untuk berbagai periode tertentu sejak
pertanaman, setelah ini tanaman budidaya dibiarkan tumbuh bersama-sama gulma
hingga panen. Periode ini menggambarkan interval waktu untuk dua kompetisi
terpisah, yaitu lamanya waktu suatu tanaman harus bebas gulma sehingga gulma
yang tumbuh kembali tidak menurunkan hasil panen, dan lamanya waktu gulma
tinggal bersama-sama dengan tanaman, sebelum gulma mulai mengganggu pertumbuhan
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pertumbuhan dan
Lingkungan Tumbuh Tanaman Kubis Bunga.FP UNPAD
Yuliadhi et.al.2013.Ejournal
Agrotrop Vol. 3(1) hal 99-103. Pengaruh Kehadiran Gulma
terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis.FP UNUD
Simamora, Novayanti.2013.
Gulma Pada Tanaman Hortikultura.Slideshare.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar